OPERATIONAL AMPLIFIER



 1. Tujuan[kembali]

  • Mengetahui prinsip kerja dari Inverting Amplifier 
  • Mengetahui prinsip kerja dari Non Inverting Amplifier 
  • Mengetahui prinsip kerja dari Adder

 2. Dasar Teori [kembali]

    Penguat operasional atau yang disebut Operational Amplifier adalah suatu rangkaian terintegrasi yang berisi beberapa tingkat dan konfigurasi penguat diferensial. Penguat operasional memiliki dua masukan dan satu keluaran, untuk dapat bekerja dengan baik, penguat operasional memerlukan tegangan catu yang simetris, yaitu tegangan yang bernilai positif (v+) dan tegangan yang bernilai negatif (v-) terhadap tanah (ground). Berikut ini adalah simbol dari penguat operasional :



A. Inverting Op-Amp 

    Inverting amplifier dapat mengontrol penguatan tegangan (voltage gain) menggunakan Op-Amp. Sinyal input terhubung ke terminal negatif dan terminal positif terhubung ke ground. Output diberi umpan balik melalui Rf ke input inverting. 



    Impedansi masukan yang tak terbatas mencegah arus mengalir melalui input inverting. Hal ini berarti bahwa tidak ada penurunan tegangan antara input inverting dan input non-inverting, dan tegangan pada input (-) inverting adalah 0 karena input noninverting (+) terhubung ke ground. Karena arus yang mengalir menuju terminal input adalah 0, maka arus yang melalui Rin sama dengan arus yang melalui


Rf . Iin = If 

Iin = Vin / Rin 

If = - Vout / Rf


Penguatan outputnya berbeda phasa 1800 dengan inputnya, jika input positif maka output negatif.


Vout = - (Rf / Rin) Vin


Penguatan tegangan (voltage gain) inverting amplifier adalah


Acl = Vout / Vin = - Rf / Rin


Acl adalah penguatan tegangan closed-loop.


B. Non Inverting Op-Amp 



Pada non-inverting amplifier input sinyal dihubungkan ke input (+) non-inverting dan sebagian output kembali melalui jaringan feedback dan dihubungkan ke input pembalik(-). Penguatan yang outputnya sama dengan input, tidak membalikkan fasa. Dikarenakan feedback yang negatif, maka tegangan diferensial (Vdiff = Vin – Vf) antara terminal input sangat kecil dan penguatan open loop tinggi (Aol).

 Vout = Vin (1 + Rf / Rin) 

Penguatan tegangan (voltage gain) non-inverting amplifier adalah

 Acl = (Rf / Rin) + 1


C. Adder 

Op-Amp adder merupakan jenis lain dari konfigurasi rangkaian op-amp. Op-Amp sebagai adder digunakan untuk menjumlahkan beberapa input masukan secara bersama sama menjadi satu keluaran.



Untuk mendapatkan output rangkaian inverting adder, digunakan rumus:



Untuk mendapatkan output rangkaian non inverting adder, digunakan rumus:




 3. Alat dan Bahan [kembali]

1. Module elektronika analog Operational Amplifier 1 dan RS-A4 elektronika analog 



2. Function Generator 



3. Osiloskop 



4. Multimeter 



5. Jumper



 4. Prosedur Percobaan [kembali]

4.1 Adder Inverting Amplifier 

1. Carilah rangkaian Adder inverting amplifier di dalam module RS-A4 Operational Amplifier 1. 

2. Atur nilai RF1 menggunakan potensiometer sesuai jurnal lalu hidupkan catu daya. 

3. Hubungkan Vo1 ke V1 dan Vo2 ke V2. Lalu atur nilai V1 dan V2 sesuai jurnal. 

4. Hitung nilai Vo, dan gain lalu catat pada jurnal. 

5. Lengkapi jurnal dengan mengulang langkah 1-4. 4.2 


Adder Non Inverting Amplifier 

1. Carilah rangkaian Adder non inverting amplifier di dalam module RS-A4 elektronika Analog. 

 2. Atur nilai RF1 menggunakan potensiometer sesuai jurnal. 

3. Hubungkan Vo1 ke V1 dan Vo2 ke V2. Lalu atur nilai V1 dan V2 sesuai jurnal. 

4. Hitung nilai Vo, dan gain lalu catat pada jurnal. 

5. Lengkapi jurnal dengan mengulang langkah 1-4

FILTER



 1. Tujuan[kembali]

  • Mengetahui prinsip kerja LPF (Low Pass Filter) 
  • Mengetahui prinsip kerja HPF (High Pass Filter)

 2. Dasar Teori [kembali]

Rangkaian filter adalah suatu rangkaian listrik yang berfumgsi untuk melewatkan sinyal listrik dengan rentang frekuensi tertentu. Apabila terdapat sinyal listrik yang tidak sesuai dengan frekuensi yang diinginkan maka sinyal listrik tersebut tidak akan dilewatkan. Rangkaian filter dapat diaplikasikan secara luas, baik untuk menyaring sinyal pada frekuensi rendah, frekuensi tinggi, atau pada frekuensi-frekuensi tertentu.

Rangkaian filter dapat dikelompokkan menjadi filter pasif dan filter aktif, tergantung dari komponen yang digunakan. Apabila menggunakan komponen aktif, seperti transistor dan dioda maka dinamakan filter aktif. Sementara jika menggunakan komponen pasif seperti induktor, resistor, dan kapasitor maka dinamakan filter pasif.

Berdasarkan respon frekuensi, rangkaian filter dapat dikelompokkan menjadi:

 

1.     LPF (Low Pass Filter)

 

Low pass filter (LPF) merupakan jenis filter yang berfungsi untuk meneruskan sinyal listrik yang frekuensinya berada dibawah frekuensi tertentu, diatas frekuensi tersebut (frekuensi cut off) maka sinyal akan diredam. Low pass filter memberikan redaman yang sangat kecil pada frekuensi di bawah frekuensi cut-off yang telah ditentukan, sedangkan frekuensi di atas frekuensi cut-off akan mendapatkanredaman yang sangat besar. Lebih sederhananya hanya frekuensi rendah saja yang dapat melewati rangkaian filter ini.




Gambar 4.1 Rangkaian LPF dan Grafik Respon Frekuensi LPF 


            


Frekuensi cut-off (fc) dari Low Pass Filter (LPF) dengan RC dapat dituliskan dalam persamaan matematik sebagai berikut.

 


Tegangan output (Vout) filter pasif LPF seperti terlihat pada rangkaian diatas dapat diekspresikan dalam persamaan matematis sebagai berikut.

 

 

1.     HPF (High Pass Filter)

High pass filter (HPF) berfungsi untuk meneruskan sinyal di atas frekuensi cut off sedangkan yang berada dibawah frekuensi cut off diredam. Jenis filter ini memberikan redaman sangat kecil pada frekuensi di atas frekuensi cut-off yang telah ditentukan, sedangkan frekuensi di bawah frekuensi cut-off akan mendapatkan redaman yang sangat besar. Lebih sederhananya, hanya frekuensi tinggi saja yang dapat melewati rangkaian filter ini.






Gambar 4.2 Rangkaian HPF dan Grafik Respon Frekuensi HPF

Frekuensi cut-off (fc) rangkaian high pass filter adalah:




 3. Alat dan Bahan [kembali]

1.   Module RS-A04 Operational Amplifier 2




2.   Function Generator



3.   Osiloskop



4.   Jumper



5.   Multimeter



   

 4. Prosedur Percobaan [kembali]

4.1  LPF -20dB


1.    Carilah rangkaian LPF -20dB di dalam module RS-A04 Operational Amplifier 2

2.    Hubungkan catu daya modul RS-A04 Opertational Amplifier 2.

3.    Hubungkan function generator ke modul RS-A04 Opertational Amplifier 2.

4.    Hubungkan probe pertama osiloskop ke V1 dan probe kedua pada Vo.

5.    Atur frekuensi sesuai dengan jurnal 100Hz-1kHz.

6.    Perhatikan gambar sinyal pada osiloskop.

7.    Ukur tegangan input dan output menggunakan multimeter.

8.    Catat hasil praktikum ke jurnal yang telah disediakan.


4.2  LPF -40dB


1.    Carilah rangkaian LPF -40dB di dalam module RS-A04 Operational Amplifier 2

2.    Hubungkan catu daya modul RS-A04 Operational Amplifier 2.

3.    Hubungkan function generator ke modul RS-A04 Operational Amplifier 2.

4.    Hubungkan probe pertama osiloskop ke V1 dan probe kedua pada Vo.

5.    Atur frekuensi sesuai dengan jurnal 200Hz-1kHz.

6.    Perhatikan gambar sinyal pada osiloskop.

7.    Ukur tegangan input dan output menggunakan multimeter.

8.    Catat hasil praktikum ke jurnal yang telah disediakan.


4.1  HPF 20dB


1.    Carilah rangkaian HPF 20dB di dalam module RS-A04 Operational Amplifier 2

2.    Hubungkan catu daya modul RS-A04 Operational Amplifier 2.

3.    Hubungkan function generator ke modul RS-A04 Operational Amplifier 2.

4.    Hubungkan probe pertama osiloskop ke V1 dan probe kedua pada Vo.

5.    Atur frekuensi sesuai dengan jurnal 200Hz-1kHz.

6.    Perhatikan gambar sinyal pada osiloskop.

7.    Ukur tegangan input dan output menggunakan multimeter.

8.    Catat hasil praktikum ke jurnal yang telah disediakan.


4.2  HPF 40dB


1.    Carilah rangkaian HPF 40dB di dalam module RS-A04 Operational Amplifier 2

2.    Hubungkan catu daya modul RS-A04 Operational Amplifier 2.

3.    Hubungkan function generator ke modul RS-A04 Operational Amplifier 2.

4.    Hubungkan probe pertama osiloskop ke V1 dan probe kedua pada Vo.

5.    Atur frekuensi sesuai dengan jurnal 100Hz-1kHz.

6.    Perhatikan gambar sinyal pada osiloskop.

7.    Ukur tegangan input dan output menggunakan multimeter.

8.    Catat hasil praktikum ke jurnal yang telah disediakan.


TRANSISTOR



 1. Tujuan[kembali]

  •  Mengetahui prinsip kerja transistor. 
  • Mengetahui prinsip kerja dan karakteristik dari rangkaian fixed bias.  
  • Mengetahui prinsip kerja dan karakteristik dari rangkaian self bias. 
  • Mengetahui prinsip kerja dan karakteristik dari rangkaian voltage divider bias. 

 2. Dasar Teori [kembali]

    Transistor adalah komponen berbahan semikonduktor yang digunakan sebagai penguat, sirkuit pemutus, penyambung arus (switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Pada umumnya transistor memiliki 3 terminal yaitu basis (B), emitter (E), dan collector (C). Berdasarkan susunan semikonduktor yang membentuknya, transistor dibedakan menjadi dua tipe, yaitu: 

1. Transistor NPN Transistor ini disusun oleh bahan semikonduktor tiga lapis yang terdiri dari dua bahan tipe N dan satu bahan tipe P. 

2. Transistor PNP Transistor ini disusun oleh bahan semikonduktor tiga lapis yang terdiri dari dua bahan tipe P dan satu bahan tipe N.




A. Daerah operasi transistor



Berdasarkan kurva hubungan VCE, IC, dan IB diatas, terdapat beberapa region yang menunjukkan daerah kerja transistor, yaitu: 

1. Daerah Potong (Cutoff

    Pada kondisi cutoff, arus Basis (IB) = 0 dan arus Kolektor (IC) = 0, hal ini dikarenakan pada emitter dan kolektor menerima reverse bias. 

2. Daerah Saturasi

    Pada kondisi saturasi, arus Kolektor (IC) akan mencapai harga maksimum, tanpa bergantung kepada arus Basis (IB), dan βdc, hal ini dikarenakan pada emitter dan kolektor menerima forward bias. 

3. Daerah Aktif 

    Pada kondisi aktif, terjadi sifat-sifat yang diinginkan, dimana :



Hal ini dikarenakan pada emitter menerima forward bias sedangkan pada kolektor menerima reverse bias.

4. Daerah Breakdown 

    Kondisi breakdown ini dapat terjadi ketika arus Kolektor (IC) melebihi spesifikasi yang diperbolehkan, kondisi breakdown ini dapat mengakibatkan kerusakan pada transistor, maka daerah ini harus dihindari.

B. Pemberian Bias pada BJT 

    Istilah bias dimaksudkan penerapan tegangan dc untuk menetapkan tingkat arus dan tegangan tetap. Tegangan dan arus yang dihasilkan menyatakan titik operasi (quiescent point) atau titik Q yang menentukan daerah kerja transistor. Terdapat beberapa jenis pemberian bias pada BJT, sebagai berikut:

1. Fixed Bias



2. Self Bias



3. Voltage Divider Bias



 3. Alat dan Bahan [kembali]

 1. Transistor 2N3904 



 2. Resistor 1K, 10K, 560 ohm 



 3. DC Power supply 



 4. Multimeter 



 5. Jumper




 4. Prosedur Percobaan [kembali]

 4.1 Fixed Bias 

1) Buatlah rangkaian seperti gambar 2.3 dengan sumber DC. 

2) Atur Vcc sebesar 12 Volt DC. 

3) Hidupkan power supply dan ukur parameter RB, RC, VRB, VRC, VB, VC, VBE, VCE, IB, dan IC serta dicatat ke dalam tabel. 


4.2 Self Bias 

1) Buatlah rangakain seperti gambar 2.4 dengan sumber DC.

 2) Atur Vcc sebesar 12 Volt Dc. 

3) Hidupkan power supply dan ukur parameter RB, RC, RE, VRB, VRC, VRE, VB, VC, VE, VBE, VCE, IB, dan IC serta dicatat ke dalam tabel. 


4.3 Voltage Divider Bias 

1) Buatlah rangakain seperti gambar 2.5 dengan sumber DC. 

2) Atur Vcc sebesar 12 Volt DC

3) Hidupkan power supply dan ukur parameter RB, RB2, RC, RE, VRB, VRC, VRE, VB, VC, VE, VBE, VCE, IB, dan IC serta dicatat ke dalam tabel

     BAHAN PRESENTASI     MATA KULIAH ELEKTRONIKA 2022 Oleh Muhammad Farhan Pramasta 2210953033 DOSEN PENGAMPU DR. DARWISON, M.T. Referensi ...